MAKALAH
PENENTUAN STATUS GIZI
“Produksi Pangan”
Yang
Dibimbing Oleh :
Ibu Iriyani, SKM.,
M.Gizi
Yang Disusun Oleh :
Kelompok 3
Kelas B 2012
Nama NIM
1.
Amanda Rizky 1211015076
2.
Dian Eka Luffitasari 1211015080
3.
Nisa Laily R 1211015084
4.
Palupi Dwi Hapsari 1211015004
5.
Siti Amanah 1211015072
6.
Ulfah Prihatiningsih 1211015026
FAKULTAS
KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS
MULAWARMAN
2014
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Allah Swt. atas berkat rahmat dan karuniaNya lah penyusun
dapat menyelesaikan tugas Penentuan
Status Gizi dengan judul “Produksi Pangan”. Tulisan ini akan
membahas tentang faktor
ekologi yang berhubungan dengan produksi pangan di Indonesia.
Penyusun berharap tulisan ini dapat memberikan manfaat pada
mahasiswa dan mahasiswi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Mulawarman.
Dan dapat dijadikan bahan referensi pada penulisan selanjutnya.
Penyusun menyadari tulisan ini tidak luput dari kekurangan
dan kesalahan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun dari pembaca
sangat penyusun harapkan demi perbaikan dan penyempurnaan tulisan ini.
Samarinda, 15 April 2014
Penyusun
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Pangan merupakan kebutuhan manusia yang sangat mendasar karena
berpengaruh terhadap eksistensi dan ketahanan hidupnya, baik dipandang dari
segi kuantitas dan kualitasnya. Mengingat kadar kepentingan yang demikian
tinggi, pada dasarnya pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang
sepenuhnya menjadi hak asasi setiap rakyat Indonesia.
Setiap manusia disadari atau tidak adalah konsumen. Setiap
orang pada suatu waktu dalam posisi sendiri maupun berkelompok bersama konsumen
jorang lain, pasti menjadi konsumen untuk produk barang dan/jasa tertentu.
Keadaan konsumen yang universal ini pada satu sisi menunjukkan kelemahan bagi
konsumen itu sendiri karena secara mendasar konsumen juga membutuhkan
perlindungan hukum yang sifatnya universal.
Sebagai kebutuhan dasar bagi manusia maka pangan yang
berkualitas sangat dibutuhkan untuk dikonsumsi dalam menciptakan sumber daya
manusia yang berkualitas untuk pembangunan bangsa. Bangsa yang besar dan kuat
sudah tentu diperlukan tokoh-tokoh calon pemimpin bangsa yang tangguh dan
berkualitas yang dimulai dari ketersediaan pangan yang berkualitas sedini
mungkin yang disediakan dalam keluarga.
Pangan memegang peranan penting dalam upaya peningkatan
kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu, pemenuhan penyediaan pangan juga
tergolong sebagai hak asasi manusia. Kemampuan menyediakan pangan bagi rakyat
merupakan indikatorr kemajuan suatu bangsa.
1.2
Rumusan
Masalah
-
Bagaimana penyediaan
makanan keluarga di Indonesia?
-
Bagaimana sistem
pertannian di Indonesia?
-
Bagaimana cara
pengelolaan tanah di Indonesia?
-
Bagaimana sistem
peternakan dan perikanan di Indonesia?
-
Bagaimana geografi dan
iklim di Indonesia yang mempengaruhi produksi pangan?
1.3
Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui faktor
ekologi yang berhubungan dengan produksi pangan di Indonesia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Faktor
Ekologi
Bengoa
mengungkapkan bahwa malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil
interaksi beberapa faktor fisik, biologis dan lingkungan budaya. Jumlah makanan
yang tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah,
irigasi, penyimpanan, transportasi, dan tingkat ekonomi dari penduduk. Di
samping itu, budaya juga berpengaruh seperti kebiasaan memasak, prioritas
makanan dalam keluarga, distribusi dan pantangan makan bagi golongan rawan
gizi. Dengan menyadari hal tersebut di atas dipandang sangat penting untuk
melakukan pengukuran ekologi yang dapat menyebabkan malnutrisi di masyarakat
sebagai dasar untuk melakukan program intervensi.
Secara
rasional, program yang bersifat preventif sebaiknya
diarahkan pada semua faktor yang terlibat dalam kesehatan masyarakat disuatu
daerah tertentu. Menurut jellife (1966), faktor ekologi yang berhubungan dengan
penyebab malnutrisi dibagi dalam enam kelompok, yaitu keadaan infeksi, konsumsi
makanan, pengaruh budaya, sosial ekonomi, produksi pangan, serta kesehatan dan
pendidikan.
2.2 Produksi Pangan
Proses
juga diartikan sebagai cara, metode ataupun teknik bagaimana produksi itu
dilaksanakan. Produksi adalah kegiatan untuk menciptakan danan menambah
kegunaan (Utility) suatu barang dan jasa. Menurut Ahyari (2002) proses
produksi adalah suatu cara, metode ataupun teknik menambah keguanaan suatu
barang dan jasa dengan menggunakan faktor produksi yang ada.
Pangan adalah segala
sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun
tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumen
manusia, termasuk bahan tambahan pangan dan bahan lain yang digunakan
dalam proses penyiapan, pengolahan dan pembuatan makanan atau
minuman.
Pangan
merupakan kebutuhan dasar manusia yang terpenting disamping papan, sandang,
pendidikan, kesehatan. karena tanpa pangan tiada kehidupan dan tanpa kehidupan
tidak ada kebudayaan. Produksi pangan adalah kegiatan atau proses menghasilkan, menyiapkan,
mengolah, membuat, mengawetkan, mengemas, mengemas kembali, dan atau mengubah
bentuk pangan.
2.2.1 Program peningkatan produksi
pangan
Program utama
dalam usaha untuk meningkatkan produksi pangan adalah:
1. Ekstensifikasi,
merupakan suatu usaha untuk meningkatkan hasil panen, perluasan hasil
pertanian, hasil peternakan, perikanan, perluasan areal peternakan, areal
penangkapan ikan lewat budi daya ikan dan lain sebagainya.
2. Diversifikasi,
merupakan sebuah usaha yang digunakan untuk penganekaragaman.
3. Intensifikasi,
merupakan sebuah usaha guna meningkatkan sumber daya alam dengan memanfaatkan
segala macam sarana produksi dan teknologi tepat guna, sehingga dapat
menghasilkan produksi sesuai yang kita harapkan.
4. Rehabilitasi,
merupakan suatu usaha untuk memulihkan kembali kemampuan untuk berproduksi
sumber daya pertanian yang kritis dan memulihkan usaha tani di daerah-daerah
yang masih rawan, sehingga dapat menghasilkan hasil yang memadai dan mutu yang
baik.
2.2.2
Usaha
peningkatan produksi pangan
Usaha manusia untuk meningkatkan produksi pangan dapat melalui
beberapa cara antara lain dengan pemanfaatan teknologi dalam produksi pangan, pemilihan bibit unggul, pengolahan tanah pertanian,dan pencarian sumber makanan baru.
Pemanfaatan teknologi dalam produksi pangan, faktornya antara lain:


Pemanfaatan teknologi dalam bidang
pertanian yang telah banyak digunakan adalah penggunaan teknologi nuklir, yaitu
yang berhubungan dengan radioaktif. Pemanfaatan unsur radioaktif antara lain
untuk pengawetan bahan makanan, pemberantasan hama tanaman, merunut air, dan
mengubah faktor pembawa sifat. Pengawetan bahan makanan. Untuk menghindari
terbuangnya hasil panen yang belum tergunakan tadi dapat dilakukan upaya
pengawetan agar bahan makanan hasil panen tersebut bisa bertahan dalam jangka
waktu yang lama dan dapat dimanfaatkan untuk konsumsi di masa depan.
Untuk meningkatkan produksi pangan nasional, dapat dilakukan
peningkatan produktivitas dengan menerapkan teknologi produksi antara lain
melalui penggunaan pupuk organik/hayati. Pupuk tersebut dapat mengembalikan
kesuburan lahan melalui jasa mikroba yang menguntungkan. Sejalan dengan itu,
juga perlu dilakukan perluasan lahan pertanian antara lain melalui pengembangan
kawasan transmigrasi.
BAB III
ISI
3.1
Penyediaan
Makanan Keluarga
Penyediaan pangan adalah Pengadaan bahan makanan dari proses
memilih dan pengolahan makanan. Upaya mencapai status gizi masyarakat yang baik
atau optimal dimulai dengan penyediaan pangan yang cukup. Penyediaan pangan
yang cukup diperoleh melalui produksi pangan dalam negeri melalui upaya
pertanian dalam menghasilkan bahan makanan pokok, lauk pauk, sayur-mayur, dan
buah-buahan.
Menurut Suryana (2003), apabila ditinjau dari ketersediaan
komoditas pangan per kapita per tahun secara mikro pada tingkat rumah tangga
masih terdapat masalah yang tidak seimbang dari sisi kecukupan dan
komposisinya. Ketersediaan bahan pangan sumber energi dan protein masih secara
dominan dipenuhi oleh pangan sumber karbohidrat, khususnya beras. Kelompok
padi-padian menyumbang protein sekitar 56-61%, kacang-kacangan sekitar 19% dari
total ketersediaan protein, ketersediaan protein dari pangan hewani masih
relatif rendah.
Penyediaan pangan yang cukup diartikan dalam jumlah yang sesuai
dengan kebutuhan setiap individu untuk memenuhi asupan zat gizi makro
(karbohidrat, protein, lemak) dan zat gizi mikro (vitamin dan mineral) yang
bermanfaat bagi pertumbuhan, kesehatan, daya tahan jasmani dan rohani. Dengan
demikian ketahanan pangan tidak hanya berupa pemenuhan konsumsi pangan saja
tapi harus memperhatikan kualitas dan keseimbangan konsumsi gizi.
Ketersediaan pangan di keluarga harus memenuhi jumlah yang
cukup untuk memenuhi seluruh anggota keluarga baik jumlah, mutu dan
keamanannya. Kemampuan suatu keluarga dalam memenuhi kebutuhan gizi seimbang
dipengaruhi oleh daya beli (kemiskinan), pengetahuan dan juga oleh kemampuan
wilayah dan rumah tangga memproduksi dan menyediakan pangan secara cukup, aman,
dan kontiniu. Keluarga yang mampu memenuhi hal ini disebut sebagai keluarga
yang memiliki ketahanan pangan yang baik. Pangan dalam keluarga dipengaruhi
oleh ketersediaan, distribusi dan konsumsi, dimana penyediaan pangan mencakup
kualitas dan kuantitas bahan pangan untuk memenuhi standart kebutuhan energi
bagi individu agar mampu menjalankan aktifitas sehari-hari.
3.2
Sistem
Pertanian
Menurut
Sanganatan (1989) bahwa Istilah umum “pertanian” berarti kegiatan menanami
tanah dengan tanaman yang nantinya menghasilkan suatu yang dapat dipanen, dan
kegiatan pertanian merupakan campur tangan manusia terhadap tetumbuhan asli dan
daur hidupnya.
1.
Jenis
Pertanian
a. Pertanian
rakyat
b. Perkebunan
2.
Hubungan
Jenis Pertanian dengan Keadaan Geografis
a. Indonesia
negara kepulauan
b. Indonesia
mengenal 2 musim
c. Indonesia
kaya bahan tambang
d. Indonesia
menempati wilayah yang strategis
3.
Masalah-masalah
Bidang Pertanian
a. Petani
di Indonesia berpenghasilan rendah
b. 41,5
% tenaga kerja pertanian merupakan pengangguran
c. Penggarapan
lahan marginal di gunung menimbulkan longsor
4.
Klasifikasi
Sistem Pertanian
Sistem pertanian tropik dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok
(Ruthenberg, 1980):
a.
Sistem
pertanian yang bersifat pengumpulan hasil tanaman : sistem ini adalah sistem pertanian yang secara langsung
memperoleh hasil tanaman dari tanaman-tanaman yang tidak dibudidayakan, sistem
ini biasanya dijalankan bersamaan dengan sistem berburu binatang dan tangkapan
ikan. Jarang sistem pengumpulan hasil tanaman terdapat sebagai kegiatan
tunggal.
b.
Sistem
pertanian yang bersifat budidaya tanaman : sistem ini merupakan sistem pertanian yang paling utama.
Di daerah tropik terdapat banyak sistem budidaya tanaman.
c.
Sistem
pertanian untuk makanan ternak dan padang penggembalaan, karena
rendahnya potensi lahan padang penggembalaan di daerah tropik umumnya, maka
terdapat penggembalaan berpindah-pindah (nomadis – semi nomadis), yang
kadang-kadang disertai dengan peningkatan padang penggembalaan dalam sistem
Ranch.
3.3
Tanah
Pengeolaan tanah
pertaniaan dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu :
I.
Ekstensifikasi pertanian, yaitu usaha peningkatan produksi
pangan dengan cara memperluas lahan pertanian. Contoh penebangan hutan non
produktif untuk dijadikan lahan pertanian, pengeringan rawa.
II.
Intensifikasi pertanian, yaitu usaha peningkatan produksi
pangan dengan cara meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil
produksi.Intensifikasi pertanian dikenal dengan sistem panca usahatani yang
meliputi :
1. Pengolahan tanah, Agar tanah subur
maka perlu diolah dengan baik dengan cara dibajak/dicangkol dengan tujuan agar
tanah menjadi gembur dan cukup rongga udara. Disamping itu tanah juga harus
mampu menahan air, mengandung bahan organik dan mempunyai kadar asam basa
tertentu. Contoh upaya pengolahan tanah yang lain adalah :
ü di daerah gurun yang tandus di buat
sumur artesis yang dapat menyuplai air.
ü di daerah yang tanahnya berkapur /
tandus /berpasir dibuat sawah plastik. Yang dimaksud sawah plastik yaitu pada
lahan berkapur tersebut di beri alas plastik yang dapat menahan air kemudian di
atas plastik tersebut di beri tanah yang subur sehingga mudah ditanami.
2. Penggunaan bibit unggul, Bibit
unggul dapat diperoleh dengan berbagai cara, antara lain ;
§ Mutasi, yaitu perubahan struktur
kimia gen di dalam kromosom. Contoh :
1) Padi Atomia 1 dan Atomia 2
2) Tanaman yang bersifat polipoid (semangka,
anggur, tomat)
§ Hibridisasi, merupakan persilangan
antara 2 individu yang berbeda sifat. Contoh :
1) Jenis padi C4 merupakan
hasil penelitian Dr. Siregar di Bogor.
2) Padi PB5 PB8 merupakan
hasil penelitian IRRI di Philipina.
3. Pemupukan yang efektif, Tanah yang
secara terus menerus di tanami akan kehabisan unsur hara yang sangat penting
bagi tanaman. Dengan memberi pupuk yang tepat diharapkan kesuburan tanah dapat dikembalikan. Pupuk di
bedakan menjadi 2 macam yaitu :
·
Pupuk organik adalah pupuk yang terbuat dari bahan-bahan
hidup, misalnya pupuk kandang, kompos dan pupuk hijau.
·
Pupuk anorganik adalah pupuk yang dibuat oleh pabrik dengan
menggunakan bahan-bahan kimia. Misalnya Urea, NPK, TSP, ZA, KCL.
4. Pengairan yang teratur, Sistem
pengairan yang baik adalah mengatur penggunaan air seperti pembuatan bendungan
yang mampu menampung air jika musim kemarau tiba dan pembuatan parit irigasi di
sekitar tanah pertanin, serta pembuatan sawah berpetak di lahan pertanian
miring.
5. Pemberantasan hama
Cara-cara pemberantasan hama di bedakan menjadi 3 macam,
yaitu :
Ø Secara fisik, yaitu dengan membunuh
satu persatu.
Ø Secara biologi yaitu dengan
menggunakan makhluk hidup lain sebagai musuh alaminya. Contohnya tikus di
berantas dengan ular.
Ø Secara kimian, yaitu dengan
menggunakan pestisida yang menggunakan zat kimia tertentu. Macam-macam
pestisida :
1) Insektisida : pestisida untuk memberantas
serangga.
2) Herbisida : pestisida untuk
memberantas gulma.
3) Fungisida : pestisida untuk
memberantas jamur.
4) Nemasida : pestisida untuk
memberantas cacing.
5) Rodensida : pestisida untuk
memberantas tikus.
6) Larvasida : pestisida untuk
memberantas larva serangga.
3.4
Peternakan
dan Perikanan
3.4.1
Peternakan
Langkah-langkah perubahan sistem
peternak di indonesia
1. Perlu adanya perubahan kultur dan edukasi kepada
peternak tradisional
2. Peremajaan dan pembaharuan alat yang terjangkau dan
berkualitas
3. Bimbingan dari dinas dan litbang peternakan untuk
pembinaan menyeluruh dan pengauditan
4. Evaluasi dan pengembangan yang terus menerus untuk
pencapaian perbaikan dan target perubahan menuju peternakan yang modern
3.4.2
Perikanan
Perikanan didefinisikan semua kegiatan yang
berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan dan
lingkungannya sampai dengan pemasaran yang dilaksanakan dalam suatu sistem
bisnis perikanan (UU RI No. 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan).
Jenis-jenis alat tangkap ikan menurut FAO :
1. Surrounding net (Jaring Lingkar)
merupakan alat penangkapan ikan yang mempunyai
prinsip penangkapan dengan cara melingkari gerombolan ikan sasaran tangkap
menggunakan jaring yang dioperasikan dengan perahu atau kapal serta didukung
sarana alat bantu penangkapan sesuai untuk mendukung efektivitas dan efisiensi
pengoperasiannya.
2. Seine net (Pukat)
merupakan alat penangkapan ikan berkantong tanpa
alat pembuka mulut jaring. Pengoperasiannya dengan cara melingkari gerombolan
ikan dan menariknya ke kapal yang sedang berhenti/berlabuh jangkar atau ke
darat/pantai melalui kedua bagian sayap tali selambar.
3. "Trawl” adalah alat penangkap ikan yang mempunyai target
spesies baik untuk menangkap ikan maupun untuk udang. Trawl memiliki kreteria
yaitu (a) jaring berbentuk kantong (pukat) baik yang berasal dari karakteristik
asli maupun hasil modifikasi. (b) miliki kelengkapan jaring (pukat) untuk alat
pembuka mulut jaring baik palang/gawang (beam) atau sepasang papan rentang
(otter board) dengan cara operasi dihela atau diseret (towing) oleh sebuah
kapal (c) Tanpa memiliki kelengkapan jaring (pukat) dengan cara operasi dihela
oleh dua buah kapal.
4. Dredge (Penggaruk) merupakan alat penangkap ikan berbingkai kayu atau
besi yang bergerigi atau bergancu di bagian bawahnya, yang dilengkapi atau
tanpa jaring/bahan lainnya.
5. Lift net (Jaring Angkat)
dioperasikan dengan menurunkan dan mengangkatnya
secara vertikal. Jaring
6. Falling gear (alat yang dijatuhkan) merupakan alat penangkapan ikan yang
pengoperasiannya dilakukan dengan ditebarkan atau dijatuhkan untuk mengurung
ikan dengan atau tanpa kapal.
7. Gill net, entangling nets (Jaring Insang Dan Jaring Puntal)
merupakan alat penangkapan ikan berbentuk empat
persegi panjang yang ukuran mata jaringnya merata dan dilengkapi dengan pelampung,
pemberat, tali ris atas dan tali ris bawah atau tanpa tali ris bawah.
8. Trap (perangkap) merupakan alat penangkapan ikan yang mempunyai prinsip
penangkapan dengan cara memperangkap ikan dengan menggunakan jaring dan atau
bahan lainnya yang dioperasikan dengan atau tanpa perahu atau kapal.
9. Hook and line (pancing) merupakan alat penangkapan ikan yang mempunyai prinsip
penangkapan dengan memancing ikan target sehingga terkait dengan mata pancing
yang dirangkai dengan tali menggunakan atau tanpa umpan.
3.5
Geografi
dan Iklim
3.5.1 Hubungan antara Perubahan Iklim dan Produksi Pangan
Perubahan iklim berpengaruh pada produksi pangan baik secara
langsung maupun tidak langsung. Secara langsung misalnya dengan perubahan iklim
maka akan terjadi perubahan kapan turunnya hujan, lamanya musim tanam,
banjir, kekeringan, dll. beberapa wilayah lain di Jawa, dimana musim hujan yang
extrem menyebabkan areal padi menjadi puso / gagal panen. Pada wilayah pesisir perubahan iklim berpengaruh pada saat
turun ke laut yang terbatas karena besarnya gelombang yang menyebabkan hasil
tangkapan ikan dan hasil laut lainnya menjadi lebih sedikit.
3.5.2 Aspek Geografi
Tentu saja aspek iklim dan cuaca
terkait dengan segala fenomena yang terjadi dalam kaitan ruang, ini menjadikan
pengetahuan geografi menjadi sangat penting dalam perencanaan kegiatan
antisipasi ketahanan pangan dalam menghadapi perubahan iklim. Diteliti lebih
dalam lagi bahwa perubahan iklim terkait erat dengan beberapa aspek, misalnya
terjadinya bencana alam seperti banjir dan longsor melibatkan aspek keruangan
yang sangat jelas. Peran ilmu geografi sangat diperlukan untuk mampu memetakan
wilayah-wilayah dengan kondisi fisiknya seperti kelerengan, iklim, penggunaan
tanah. Sesudah itu dapat dilakukan analisis geografi yang lebih mendalam dengan
membuat analisis mengenai dampak dari perubahan iklim, aktifitas manusia dalam
mengelola lingkungan, dll. Outputnya dapat digunakan dalam pengambilan
keputusan terkait dengan strategi dalam menjamin adanya produksi pangan bagi masyarakat.
BAB
IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Kesimpulan
dari isi makalah produksi pangan adalah sebagai berikut :
-
Produksi pangan adalah kegiatan atau proses menghasilkan, menyiapkan,
mengolah, membuat, mengawetkan, mengemas, mengemas kembali, dan atau mengubah
bentuk pangan.
-
Ketersediaan pangan di
keluarga harus memenuhi jumlah yang cukup untuk memenuhi seluruh anggota
keluarga baik jumlah, mutu dan keamanannya. Kemampuan suatu keluarga dalam
memenuhi kebutuhan gizi seimbang dipengaruhi oleh daya beli (kemiskinan),
pengetahuan dan juga oleh kemampuan wilayah dan rumah tangga memproduksi dan
menyediakan pangan secara cukup, aman, dan kontiniu.
-
Pertanian berarti kegiatan menanami tanah dengan tanaman
yang nantinya menghasilkan suatu yang dapat dipanen, dan kegiatan pertanian
merupakan campur tangan manusia terhadap tetumbuhan asli dan daur hidupnya.
-
Pengolahan tanah, Agar tanah subur maka perlu diolah dengan
baik dengan cara dibajak/dicangkol dengan tujuan agar tanah menjadi gembur dan
cukup rongga udara. Disamping itu tanah juga harus mampu menahan air,
mengandung bahan organik dan mempunyai kadar asam basa tertentu.
-
Perikanan didefinisikan
semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya
ikan dan lingkungannya sampai dengan pemasaran yang dilaksanakan dalam suatu
sistem bisnis perikanan (UU RI No. 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan).
-
Perubahan iklim
berpengaruh pada produksi pangan baik secara langsung maupun tidak langsung.
-
Aspek iklim dan cuaca
terkait dengan segala fenomena yang terjadi dalam kaitan ruang, ini menjadikan
pengetahuan geografi menjadi sangat penting dalam perencanaan kegiatan
antisipasi ketahanan pangan dalam menghadapi perubahan iklim.
4.2
Saran
Semoga dengan adanya makalah ini dapat
dijadiakan media dan sarana dalam menunjang dan membantu proses belajar
mahasiswa.
DAFTAR
PUSTAKA
Supariasa, I Dewa Nyoman, Bachyar Bakri, dan Ibnu Fajar.
2001. Penilaian Status Gizi.
Jakarta : EGC
Yuniastuti, A. 2008.Gizi dan Kesehatan.Yogyakarta. Graha
Ilmu
http://matakristal.com/program-peningkatan-produksi-pangan/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar